Wednesday 20 October 2010

membuat panahan sederhana dari pulpen

Pertama tama siapkan pulpen dan karet gelang .....
Минилук


di lepas lepasin deh tuh tutup pulpen n isi pulpen (bahasa kagak resmi pisan : p )


Минилук


bolongin cuy tenagah tengah pulpen


Минилук


rangkai menjadi seperti ini ... tereeengggg......
(yyaaa.... sedikit kurang kerjaan sih hehee....)

Минилук
sumber :http://faroutworld.blogspot.com/2007/08/good-thought.html

Sunday 12 September 2010

bagaimana cara membuat panah sederhana

untuk sekedar membaut panah sederhana, material yang paling ideal untuk digunakan adalah bambu. bambu memiliki kekuatan dan elastisitas yang dapat memberikan energi untuk anak panah anda.

berikut ada beberapa tips cara membuat busur panah di bawah 200 ribu yang dikutip dan diterjemahkan dari blog sebelah :D

1. membuat busur

Materials
anda dapat menggunakan ranting pohon atau bambu. untuk busur yang lebih sederhana, anda dapat langsung potong ranting tersebut sepanjang tangan anda, dan ranting atau bambu tersebut sudah dapat anda gunakan sebagai busur, atau limb yang berfungsi menyimpan energi potensial pegas.

2. memberi tali busur anda

Stringing the bow
langkah berikutnya adalah memberikan tali pada busur anda, tali yang bisa anda gunakan seabgai tali busur panah anda adalah tali yang terbuat dari benang wol tebal, atau tali string yang bisa dijumpai di toko toko bangunan. selain itu anda juga bisa menggunakan ban dalam bekas motor anda yang memberikan kekuatan bertambah karena sifatnya yang elastis.

3. membuat anak panah

Adding feathers to the arrow
mambuat anak panah yang paling sederhana adalah dengan menggunakan ranting atau bambu, meruncingkan ujungnya, dan untuk menambahkan bulu atau fletcher di bagian belakang adalah menempelkan selotip ukuran besar yang agak tebal pada anak panah anda dengan posisi bolak balik, sehingga anda dapat dengan mudah membentuknya.

oke, cukup sekian dan busur panah anda sudah siap untuk digunakan.

sumber : www.daydaily.com

busur panah dan sejarahnya

artikel ini dikopas dari wikipedia :

Busur panah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari

Seorang pemanah dengan sebuah busur dan kantong berisi anak panah.

Busur atau panah atau busur panah dikategorikan sebagai sebuah senjata yang digunakan untuk menembakkan anak panah, dibantu oleh kekuatan elastisitas dari panah itu sendiri. Biasanya senjata ini digunakan untuk berburu dan pada masa lalu sebagai salah satu peralatan perang. Selain itu panah juga digunakan sebagai alat utama dalam olahraga panahan

Desain dari panah dipengaruhi oleh kebudayaan dan masa dimana alat itu dibuat. Desain panah yang paling umum yang digunakan oleh bangsa bangsa pada masa lampau adalah; kayu (biasanya digunakan oleh Bangsa Inggris Kuno) dan kombinasi kayu-tulang (biasanya digunakan oleh Bangsa Asia Kuno). Pada masa sekarang, bahan untuk mebuat panah yang mendominasi adalah plastik, karbon, material sintetik atau bahan campuran.

Orang yang menggunakan busur panah disebut sebagai pemanah.

[sunting] Konstruksi

Secara umum busur terdiri atas limb yang melengkung, dengan tali busur terikat pada kedua ujungnya. Saat tali busur ditarik ke belankang, limb akan melengkung lebih dalam, mengubah energi gerak tarikan tali busur menjadi energi potensial pegas. Busur modern (recurve) mempunyai satu bagian lagi yaitu riser yang berfungsi sebagai pegangan dan tempat bersandar limb atau bagian-bagian lain seperti stabilizer dan visir. Panjang, ketebalan, bentuk dan jenis material penyusun limb mempengaruhi energi potensial maksimum yang dapat disimpan - dinyatakan sebagai draw weight dan diukur dalam pound/kilogram. Selain itu ukuran tubuh (dalam hal ini panjang lengan) pemanah juga berperan menentukan seberapa besar energi yang dihasilkan dari sebuah draw. Oleh karena itu seorang pemanah harus memilih busur yang sesuai dengan tinggi tubuhnya untuk memperoleh hasil yang optimum.

[sunting] Recurve Bow

Recurve bow adalah perkembangan termutakhir dari busur. Ini adalah jenis busur yang paling umum digunakan di olahraga panahan saat ini. Desainnya terdiri dari tiga bagian utama, riser - pegangan dan tempat aksesori lain dipasang, dan sepasang limb yang merupakan sumber energi pegas busur. Ciri khas dari busur ini adalah bagian ujungnya yang melengkung ke depan (menjauhi pemanah) saat tidak ditarik atau dilepas talinya. Konstruksi seperti ini memungkinkan draw weight yang lebih besar untuk panjang yang sama. Sebagai kompensasinya, bahan penyusun limb memperoleh tegangan/regangan lebih besar daripada busur biasa (longbow).

Bagian-bagian recurve bow

  • Riser - pegangan dan tempat ditempelkannya limb dan aksesori lain.
    • Grip - bagian tempat memegang busur.
    • Arrow rest - tempat meletakkan anak panah, bisa terbuat dari bulu atau plastik.
    • Sight window - bantuan visual untuk membidik.
    • Stabilizer - mengatur keseimbangan busur sesuai keinginan pemanah dan menahan getaran saat menembak.
    • Sight - visir, untuk memperoleh bidikan yang lebih akurat.
  • Limb - menyimpan energi pegas busur. Pada busur yang lebih modern, limb dapat dengan mudah dibongkar pasang untuk ditukar, sementara busur produksi perajin lokal memberikan performa yang kurang bagus jika sering dibongkar pasang.
    • String groove - lekukan tempat tali busur dikaitkan.
    • Limb tip
  • String - mentransfer energi dari tangan pemanah ke limb atau dari limb ke anak panah. Terbuat dari material sintetis seperti Kevlar.
    • Center serving
    • Nock point - tempat anak panah diletakkan, biasanya ditandai dengan lilitan benang di atas serving.

Thursday 9 September 2010

jual panah busur dan anak panah

Busur dan anak panah memenuhi standart PERPANI untuk lomba panahan tradisional. Bahan terbuat dari bambu petung pilihan dan kayu sono keling yang baik. Tali busur juga terbuat dari tali string untuk olah raga panahan ( Standart PERPANI ) . satu set terdiri dari 1 buah busur dan 12 anak panah. Mata anak panah terbuat dari logam dan bulu terbuat dari bulu unggas yang telah dipilih kualitasnya.


panah / busur dan anak panah
(Gambar)
Negara Asal: Indonesia
Harga: 1.000.000
Cara Pembayaran: Transfer Bank (T/T)
Jumlah: 10
Kemas & Pengiriman: box

Panahan Jawa Timur Tambah Dua Emas

panahan Jawa Timur menambah dua medali emas di hari kelima kejuaraan nasional panahan yang digelar di Lapangan Panahan Senayan, Jakarta, Selasa (25/5). Dua medali emas itu disumbangkan di nomor compound beregu putra dan putri.


Tim compound beregu putra Jawa Timur yang diperkuat Praditya Jati, Kuswantoro, dan Fany Andianto meraih skor tertinggi 224 dalam partai final. Tim compound putra Banten meraih medali perak dengan skor 209, dan tim Kalimantan Timur meraih medali perunggu dengan skor 205.

Adapun tim compound beregu putri Jawa Timur yang diperkuat Farisah Asfarina, Lilies Heliarti, dan Della Asisty Handayani merebut emas setelah di partai final meraih skor tertinggi 192. Tim Sulawesi Selatan –diperkuat Kusumawardani, Novi Sulistiowati, dan Astrid-- yang menjadi lawan Jawa Timur di final hanya meraih skor 147.

Selain di nomor compound beregu, hari kelima kejuaraan nasional panahan, Selasa (25/5), juga mempertandingkan nomor recurve beregu putra dan putri. Untuk recurve beregu putri, tim Kalimantan Timur meraih emas dengan mengalahkan Jawa Tengah. Medali perungu diraih Jawa Timur yang mengalahkan Jawa Barat.

Kalimantan Timur juga meraih emas di nomor recurve putra. Mereka menyingkirkan Jawa Timur dengan skor tipis 190-188. Medali perunggu diraih tim Kalimantan Tengah. Lomba hari kelima diwarnai hujan lebat yang turun selama satu jam. Saat hujan menyisakan gerimis kecil, lomba kembali dilanjutkan. Ketua panitia, I. G. Nyoman Budiana, menyatakan hujan lebat yang turun sangat mengganggu jalannya pertandingan. Selain membuat pertandingan tertunda, lapangan juga menjadi becek. “Para pemanah juga tidak bisa tampil optimal (akibat hujan), karena luncuran anak panah menjadi tidak stabil. Tapi kita tidak bisa apa-apa karena hujan adalah faktor alam,” katanya.

Jawa Timur kini semakin memuncaki perolehan medali secara umum. Mereka sudah mengumpulkan 17 emas, 13, perak, dan 12 perunggu. DI Yogyakarta masih bertahan di peringkat kedua dengan 3 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Sedang Jawa Barat di peringkat ketiga sementara dengan 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Dan Kalimantan Timur di peringkat keempat dengan 2 emas dan 4 perunggu.

Sejarah Panjang Perkembangan Panahan

Sampai saat ini tak seorangpun mengetahui, sejak kapan orang mulai memanah. Orang hanya menduga bahwa memanah telah dilakukan manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Namun dari buku-buku melukiskan bahwa orang purbakala telah melakukan panahan yaitu menggunakan busur dan panah untuk berburu dan untuk mempertahankan hidup. Bahkan dari beberapa buku melukiskan bahwa lebih dari 100.000 tahun yang lalu suku Neanderathal telah menggunakan busur dan panah.
Ahli-ahli purbakala dalam penggalian di Mesir juga telah menemukan tubuh seorang prajurit Mesir Kuno yang menemui ajalnya karena ditembus anak panah.
Data menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi kira-kira 2100 tahun sebelum masehi. Dari beberapa buku juga mengemukan bahwa sampai kira-kira tahun 1600 sesudah Masehi, busur dan panah merupakan senjata utama setiap negara dan bangsa untuk berperang.

Hingga kinipun masih ada suku-suku bangsa yang mempergunakan busur dan panah dalam penghidupan sehari-hari mereka, seperti : suku-suku bangsa di hutan-hutan daerah hulu sungai Amazone, suku-suku Veda di pedalaman Srilangka, suku-suku Negro di Afrika, suku-suku Irian di Irian Jaya, suku Dayak dan suku Kubu Dari buku-buku dan keterangan-keterangan yang diperoleh maka terdapat dua kelompok ahli yang mengemukakan dua teori yang berbeda.

Yang pertama berpendapat bahwa panah dan busur mulai dipakai dalam peradaban manusia sejak "era mesolitik" atau kira-kira antara 5000 - 7000 tahun yang silam, sedang pendapat kedua percaya bahwa panahan lebih awal dari masa itu, yaitu dalam "era paleolitik" antara 10.000 - 15.000 tahun yang lalu.

Terlepas dari mana yang benar, maka yang jelas bahwa sebelum panahan menemui bentuknya sebagai olahraga seperti yang kita kenal saat ini, ternyata telah melalui masa pertumbuhan yang panjang. Melalui peranan yang berbeda-beda, mula-mula panahan dipergunakan orang sebagai alat untuk mempertahankan diri dari serangan bahaya binatang liar, sebagai alat untuk mencari makan, atau untuk berburu, untuk senjata perang dan baru kemudian berperan sebagai olahraga baik sebagai rekreasi ataupun prestasi.

Dari catatan sejarah dapat dicatat bahwa baru pada tahun 1676, atas prakarsa Raja Charles II dari Inggris, panahan mulai dipandang sebagai suatu cabang olahraga. Dan kemudian banyak negara-negara lain yang juga menganggap panahan sebagai olahraga dan bukan lagi sebagai senjata untuk berperang.

Pada tahun 1844 di Inggris diselenggarakan perlombaan panahan kejuaraan nasional yang pertama dibawah nama GNAS (Grand National Archery Society), sedang di Amerika Seirkat menyelenggarakan kejuaraan nasionalnya yang pertama pada tahun 1879 di kota Chicago.

Perkembangan Panahan di Indonesia
Sama halnya dengan sejarah panahan di dunia, demikian pula tidak seorangpun yang dapat memastikan sejak kapan manusia di Indonesia menggunakan panahan dan busur dalam kehidupannya. Tetapi apabila kita memperhatikan cerita-cerita wayang purwa misalnya, jelas bahwa sejarah panah dan busur di Indonesiapun telah cukup panjang, dan tokoh-tokoh pemanah seperti Arjuna, Sumantri, Ekalaya, Dipati Karno, Srikandi demikian pula Dorna sebagai Coach panahan terkenal dalam cerita Mahabharata.

Kalau PON I kita pakai sebagai batasan waktu era kebangunan olahraga Nasional, maka Panahan telah ikut ambil bagian dalam era kebangunan Olahraga Nasional itu. Dalam sejarah PON, Panahan merupakan cabang yang selalu diperlombakan, walaupun secara resminya Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII. Dan Kejuaraan Nasional yang pertama sebagai perlombaan yang terorganisir, baru diselenggarakan para tahun 1959 di Surabaya.

Sri Paku Alam VIII selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Perpani hampir duapuluh empat tahun dari tahun 1953 sampai tahun 1977. Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc).

Organisasi Federasi Panahan Internasional yang berdiri sejak tahun 1931. Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia. Sejak saat itu Panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan Panahan hanya terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja. Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru tanah air, Panahan sudah mulai dikenal.

Dengan diterimanya sebagai anggota FITA pada tahun 1959, maka pada waktu itu di Indonesia selain dikenal jenis Panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan instinctive, maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde Internasional, yang menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri. Dan dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.

Bersamaan dengan itu timbul masalah peralatan yang harus diatasi untuk bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, pemanah kita harus memiliki peralatan yang memadai, agar dapat berkompetisi dengan lawan-lawannya secara berimbang. Kenyataannya alat-alat ini sangat mahal harganya dan sulit di dapat. Hanya beberapa pemanah saja yang dapat membayar harga alat-alat tersebut. Keadaan ini merupakan faktor penghambat bagi perkembangan olahraga ini.

Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1963 Perpani menciptakan Ronde baru dengan nama Ronde Perpani. Pokok-pokok ketentuan pada perpani pada dasarnya sama dengan ronde FITA, kecuali tentang peralatannya yang dipakai dan jarak tembak disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang dibuat di dalam negeri. Mengenai peralatan Ronde Perpani ini ditetapkan bahwa hanya busur dan panah yang dibuat dan dengan bahan dalam negeri yang boleh dipakai.

Dengan ketentuan tadi dua hal yang hendak dicapai, pertama untuk pemasalan belum diperlukan peralatan yang mahal, yangg harus diimport, tetapi cukup alat-alat yang bisa dibuat di Indonesia. Kedua, Ronde Perpani mempunyai peranan untuk mempersiapkan pemanah-pemanah kita untuk bisa mengambil bagian dalam pertandingan Internasional, tanpa menunggu tersedianya alat yang harus dibeli dengan harga mahal.

Bagi mereka yang terbukti berhasil membuktikan kemampuannya melalui ronde Perpani, diberi kesempatan memakai peralatan Internasional. Sedangkan Ronde Tradisional dengan ciri-ciri dilakukan dengan gaya duduk dan instinctive, sulit mengambil sumber pemanah langsung dari ronde Tradisional, karena perbedaan-perbedaan yang sifatnya prinsipil tadi.

Kemudian dengan adanya tiga ronde panahan tersebut, Perpani mengatur waktu untuk kejuaraan nasional sebagai berikut : Setiap tahun genap diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk Ronde Perpani dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil diselenggarakan Kejuaraan Nasional untuk ronde FITA.

Kebijaksanaan ini adalah dalam hubungannya dengan ketentuan dari FITA yang menyelenggarakan Kejuaraan Dunia pada setiap tahun ganjil. Sehingga Kejuaraan Nasional Ronde FITA tersebut dimaksudkan untuk persiapkan dan memilih para pemanah Indonesia yang akan diterjunkan ke kejuaraan Dunia. Sedangkan pada PON diperlombakan ketiga ronde sekaligus.

Sejak Konggres Perpani tahun 1981 bersamaan dengan PON X, pola kebijaksanaan Perpani dirubah, yaitu bahwa Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun (kecuali tahun diselenggarakannya PON tidak ada Kejuaraan Nasional) dan diperlombakan ketiga ronde Panahan sekaligus yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional.

Perlu dikemukakan disini bahwa sebelum tahun 1959 yaitu tahun diterimanya Perpani sebagai anggota FITA, pada PON - I tahun 1948 di Solo, PON II/1951 di Jakarta, PON - III/1953 di Medan, PON - IV/1957 di Makasar, panahan hanya memperlombakan Ronde Tradisional, yaitu ronde duduk, dengan hanya satu jarak 30 meter, dengan 48 tambahan @ 4 anak panah dan dengan sasaran bulatan dengan hanya dibagi tiga bagian saja.

Selanjutnya beberapa kejadian penting yang dapat dikemukakan mengenai dunia Panahan Indonesia, antara lain :
- Tahun 1959 : Kejuaraan Nasional I di Surabaya.
- Tahun 1961 : Kejuaraan Nasional II di Yogyakarta.
- Tahun 1962 : Kejuaraan Nasional III di Jakarta
- Asian Games IV di Jakarta, dimana regu Panahan Indonesia menduduki tempat kedua di bawah Jepang.
- Tahun 1963 : Kejuaraan Nasinal IV di Jakarta.
- Genefo I di Jakarta, dimana regu Indonesia (Putera) menduduki tempat keempat dan regu puterinya kedua.
- Tahun 1964 : Perlawatan regu Nasional ke RRC dan Phlipina. Selama di RRC pemanah-penahan pria kita dalam tiga pertandingan menduduki tempat teratas.
Sedangkan puteri kita masih harus mengakui keunggulan pemanah-pemanah puteri RRC. Di Philipiina sebaliknya pemanah-pemanah tuan rumah, sedang pemanah puteri kita unggul dari pemanah-pemanah Philipina.
- Tahun 1965 :

Kejuaraan Dunia di Vesteras, Swedia, dimana regu puteri Indonesia ketiga belas dan regu puteri kesembilan terbaik di dunia.
- Tahun 1966 : Ganefo Asia I di Phnom Penh, Kamboja. Regu putera menempati urutan teratas, dan dua orang jago kita berhasil merebut medali emas dan perak untuk kejuaraan perorangan. Regu puteri kita menduduki tempat kedua di bawah RRC.

Untuk selanjutnya, perkembangan dan prestasi Panahan Indonesia tidak mengecewakan. Kejuaraan Nasional selalu diselenggarakan setiap tahun, yaitu tahun genap untuk Ronde Perpani dan Ronde Tradisional, sedang pada tahun ganjil untuk Ronde FITA (sejak tahun 1982 Kejuaraan Nasional diselenggarakan setiap tahun untuk ketiga ronde Panahan yaitu Ronde FITA, Ronde Perpani dan Ronde Tradisional sekaligus).

Demikian pula Perpani selalu berusaha dan berhasil mengikuti kejuaraan-kejuaraan Dunia, walaupun hasilnya masih di bawah pemanah-pemanah Asia masih menempati urutan teratas. Juga pada pertandingan-pertandingan Internasional lainnya seperti Asian Games, SEA Games, Asian Meeting Championships, Asia Oceania Target Archery Championships, Perpani selalu ikut mengambil bagian.

Demikialah perkembangan Panahan dan Perpani sampai saat ini, dimana cabang Panahan termasuk di dalam cabang yang diprioritaskan, bahkan termasuk cabang super-prioritas, di dalam persiapan menghadapi Asian Games XIII/1986 di Seoul - Korea Selatan. Hal ini tentunya karena prestasi cabang Panahan yang telah dicapai selama ini.

Perlu dicatat bahwa dalam forum Olympic Gamespun Panahan telah ikut berbicara, walaupun pihak Pemerintah selalu mengirimkan pemanah-pemanah kita dalam jumlah yang minim, yaitu satu putera dan satu puteri. Tetapi sejarah telah mencatat bahwa pada Olympic Games tahun 1976 di Montreal - Kanada pemanah puteri kita yaitu Leane Suniar berhasil menempati urutan kesembilan dan pada Olympic Games Tahun 1988 di Seoul - Korea Selatan, pemanah team puteri kita berhasil menempati urutan kedua dan pertama kalinya Indonesia mendapat perak di arena yang bertaraf Internasional. Suatu prestasi yang sangat membanggakan.(am/msm/mkm)


Panahan Tradisional Gaya Mataraman

Para pemanah berpakaian tradisional jawa dengan duduk bersila membidikkan anak panah ke sasaran. Ciri khas panahan tradisional gaya Mataraman tersebut mewarnai kekayaan budaya di Yogyakarta.

Panahan Mataraman Panahan Mataraman

Lomba panahan ini secara rutin digelar setiap Selasa Wage di Lapangan Kemandungan Kidul Kraton Yogyakarta atau tepatnya di sebelah utara Sasana Hinggil Alun-alun Kidul. Seperti yang diselenggarakan, Selasa Wage (21/04/2009) mulai pukul 15.00 WIB, Lomba Panahan Tradisional Mangayu Bagya Tinggalan Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X diikuti sebanyak 17 peserta pria dan wanita.

KRT Senobroto selaku Ketua penyelenggara lomba mengutarakan, lomba panahan digelar secara rutin untuk memperingati wiyosan (penobatan) Sri Sultan Hamengkubuwono X yang bertepatan dengan hari Selasa Wage. “Tujuan diselenggarakan lomba ini yakni untuk melestarikan dan mengembakan seni panahan tradisional gaya Mataraman,” ungkapnya.

Lomba ini memperebutkan trofi dan uang pembinaan bagi 3 juara putra dan 3 juara puteri. Selain itu, bagi peserta yang berhasil melesakkan 4 anak panahnya tepat pada sasaran dalam satu putaran maka berhak mendapat medali Ekoloyo yang terbuat dari emas seberat 10 gram.

Lomba panahanan tradisional berikutnya akan diselenggarakan pada Selasa Wage, 30 Juni 2009 ditempat yang sama.